Makalah
ini disusun
untuk
memenuhi
tugas
matakuliah
Pengantar
Pendidikan
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Pendidikan
merupakan salah satu faktor utama dalam meningkatkan mutu masyrakat yang
berkarakter dan memiliki sumber daya manusia yang bermutu.
Masalah
pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dan tidak bisa dipisahkan dari
seluruh rangkaian kehidupan manusia. Pendidikan merupakan suatu perbuatan,
tindakan, dan praktek. Namun, demikian pendidikan tidak dapat diartikan sebagai
satu hal yang mudah, sederhana, dan tidak memerlukan pemikiran. Karena istilah
pendidikan sebagai praktek, mengandung implikasi pemahaman akan arah dan
tujuannya. Karenanya proses pendidikan itu bukan hanya sekedar lahiriah dan
suatu prilaku kosong saja. Pendidikan tidak diarahkan untuk pendidikan itu
sendiri, melainkan diarahkan untuk pencapaian maksud, arah, dan tujuan di masa
yang akan datang.
Kualitas yang
dihasilkan dari output pendidikan sangat ditentukan oleh proses yang terjadi
dalam interaksi pendidikan. Keseluruhan proses dan metode dalam pendidikan
didasarkan pada tujuan yang ingin dicapai dari pendidikan tersebut. Sedangkan
tujuan pendidikan ditentukan berdasarkan pilihan paradigma yang dijadikan dasar
dalam pendidikan. Dari asumsi tersebut terlihat betapa paradigma dalam
pendidikan menjadi sesuatu hal yang fundamental dan menentukan hasil dari
pendidikan. Baik dan buruknya output dari pendidikan sangat ditentukan oleh
paradigma pendidikan yang dianut.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa
pengertian paradigma pendidikan dan pendidikan terpadu?
2.
Apa dasar dan konsep pendidikan terpadu?
3.
Apa
keterpaduan antar ilmu agama dan umum?
4.
Apa
kekurangan dan kelebihan dari pendidikan terpadu?
C.
Tujuan
Masalah
1.
Untuk
mengetahui pengertian paradigma pendidikan dan pendidikan terpadu.
2.
Untuk
mengetahui komponen-komponen dalam pendidikan terpadu.
3.
Untuk
mengetahui sistem pendidikan terpadu.
4.
Untuk
mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pendidikan terpadu.
BAB II
PEMBAHASAN
1.
Pengertian Paradigma Pendidikan dan Pendidikan Terpadu
a.
Pengertian
Paradigma Pendidikan
Paradigma dalam KBBI ada tiga
pengertian (1) bentuk dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan
deklinasi kata (2) medel dalam teori ilmu pengetahuan (3) kerangka berfikir.[1]
Sedangkan dalam Bahasa Inggris adalah “Paradigm” yang berarti model. Sedangkan
Barker menyatakan bahwa kata paradigma berasal dari bahasa Yunani “Paradeigma”
yang berarti model, pola dan contoh. Menurut William Harmon menulis bahwa
paradigma adalah cara yang mendasar dalam memahami, berfikir, menilai, dan cara
melakukan sesuatu yang digabungkan dengan visi tentang kehidupan tertentu.Dari
beberapa definisi yang dikemukakan diatas, tampaklah bahwa paradigma adalah
cara dan pola yang mendasari pemahaman, penilaian, peraturan, dan pedoman dalam
mengerjakan sesuatu.[2]
Sedangkan
pendidikan terpadu adalah keseluruhan mata pelajaran yang diharapkan dapat
tumbuh secara simbiostik saling mempengaruhi dan memperkaya. Dalam artian
adanya keterkaitan satu sama lain, sehingga masing-masing konsep selalu akan
memberi kemudahan dan berakses luas terhadap upaya memperkuat cara berpikir
intelektual sejalan dengan proses internalisasi nilai agama dan kebudayaan.
Sedangkan Menurut Moh. Kasiram pendidikan terpadu adalah pendidikan yang utuh
antara sains dan agama, dan keduanya diharapkan dapat berjalan secara
berdampingan dan seimbang.
Jadi,
paradigma pendidikan terpadu adalah cara mendasar dalam memahami pendidikan
antara agama dan sains (umum) yang
mengharapkan keduanya dapat berdampingan dan berjalan dengan seimbang.[3]
2.
Dasar dan konsep pendidikan terpadu
1. Dasar-dasar
Pendidikan Terpadu
a.
Landasan
Normatif-Teologis
Wahyu pertama
yang datang dari Rasulullah SAW memerintahkan untuk membaca (QS. Al-Alaq:1-5)
“Bacalah dengan
nama Tuhanmu yang telah menciptakan. Ia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah! Dan Tuhanmu itu maha
Pemurah yang telah mengajarkan dengan pena. Ia telah mengajarkan kepada menusia
apa-apa yang belum diketahuinya.”(QS. Al-Alaq:1-5).41
Inspirasi
pertama yang turun dari Allah ini menjadi sebuah catatan yang sangat besar pada
perjalanan hidup Muhammad. Ternyata Beliau mendapatkan wahyu dari Allah yang
pertama kali dengan perintah membaca. Sehingga membaca adalah materi pertama
dalam dustur (undang-undang, system ajaran) Islam yang sarat dengan makna,
bimbingan dan pengarahan.
b.
Landasan
Filosofis
Secara
filosofis, ada dua prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
penyelenggaraan pembelajaran, yaitu prinsip progresivisme dan prinsip
humanisme.
Prinsip
progresivisme berisi wawasan bahwa pendekatan pembelajaran harus berpusat pada
siswa dan dihadapkan pada persoalan problem solving. Sedangkan prinsip
humanisme adalah prinsip yang memposisikan manusia sebagai manusia.
Paradigma
pendidikan Islam jika dipandang dari aspek filosofis adalah sebagai upaya
pengembangan pandangan hidup Islami yang diwujudkan dalam sikap hidup dan
dimanivestasikan dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Landasan
Historis
Sejarah Islam
dapat dibagi ke dalam tiga periode, yaitu: periode klasik, periode pertengahan
dan periode modern. Pada periode klasik umat Islam mengalami kejayaan, maka
pemikiran Islam begitu berkembang sehingga melahirkan kemajuan dunia Islam baik
di bidang ekonomi, pertanian, sains maupun ilmu-ilmu agama.
Sedangkan pada
masa pertengahan dan modern umat Islam mengalami masa kemunduran. Bertolak dari
situ untuk mengejar ketertinggalannya dari Barat, ulama dan para pemikir Islam
berusaha untuk mencapai kemajuan Islam kembali melalui ide-ide cemerlangnya.
Sebagai implikasinya sistem pendidikan Islam yangdibangun lewat lembaga
pendidikan menggunakan system terpadu antara materi agama dan umum.
2. Konsep Pendidikan Terpadu
1.
Konsep pendidikan terpadu
Untuk
membangun sekolah yang menggairahkan maka seluruh proses kegiatan belajar
mengajar harus di bangun dalam enam konsep umum, yaitu:
a. Rabbaniyah
Dalam prakteknya,
kegiatan belajar mengajar di sebuah lembaga
pendidikan terpadu
hendaklah mengacu pada nilai-nilai Rabbani. Aktivitas rabbaniyah hendaknya berlangsung terus menerus selama
proses pembelajaran. Bentuk aktivitas Rabbaniyah meliputi aplikasidzikir, fikir, tadabur, dan
aplikasi amal. Sebagai contoh ketika menjelaskan fenomena
alam seperti hujan, banjir, gempa bumi, energi dan sebagainya dikaitkan
dengan keagungan, kebesaran Allah dan isyarat-isyarat dalam Al-qur’an dan As-Sunnah.
b. Integratif
Konsep umum pembelajaran yang kedua ialah integratif. Konsep
integratif dapat berarti bahwa dalam proses pembelajaran memadukan
secara utuh ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. Konsekuensinya, kegiatan belajar harus menstimulasi ketiga ranah
tersebut dengan menggunkan berbagai pendekatan, metode dan sarana
belajar. Belajar tidak hanya berlaku pada pembahasan konsep-konsep
dan teori belaka. Sehingga setiap pokok bahasannya bisa membimbing
mereka untuk masuk pada aplikasinya.
c. Stimulatif
Kegiatan belajar yang efektif haruslah mampu memberikan stimulasi
yang optimal kepada peserta didik. Memberi stimulasi yang optimal
sebaiknya menyesuaikan diri dengan bagaimana sifatnya dalam
hal ini psikologi kognitif dapat memberikan sumbangan yang
berarti dalam upaya mengoptimalkan
kemampuan dan daya serap anak dalam kontek belajar.
d. Fasilitatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu meyediakan seluas-luasnya
sumber dan media belajar. Belajar tidak hanya terpaku pada ruang kelas
dan sumber belajar tradisional. Sumber dan media belajar harus diperluas
tidak hanya di lingkungan sekolah namun juga di lingkungan
alam sekitarnya, masyarakat, instansi/lembaga, keluarga, masjid, pasar, tokoh dan lain sebagainya. Berbagai kegiatan informal
juga dijadikan media bagi proses belajar mereka, seperti dalam
hal berpakaian, aktivitas makan dan jajan, aktivitas ibadah, aktivitas
kebersihan, aktivitas sosial.
e. Inovatif
Dalam sebuah inovasi pembelajaran, sebuah inovasi hendaklah
mengarahkan desain pembelajaran untuk selalu bervariatif dan dinamis.
Dalam membuat inovasi pembelajaran guru dituntut untuk menemukan dan
menuangkan ide-ide baru tentang model pembelajaran yang dibingkai
dengan nilai-nilai Islam. Sejalan dengan
hal tersebut berbagai kegiatan belajar mengajar perlu didesain
untuk menciptakan konsentrasi dan ketertarikan belajar siswa. Proses inovasi pembelajaran, misalnya dimulai dari
beragam langkah pembelajaranbaik media, sumber atau evaluasi belajar.
f. Motivatif
Kegiatan belajar mengajar harus mampu membangkitkan motivasi
berprestasi pada peserta didik. Dengan
tumbuhnya need achievement(perlu prestasi) pada setiap siswa, maka dia akan selalu menjadikan seluruh
aktivitasnya untuk meraih prestasi. Sehingga, untuk dapat membangkitkan kebutuhan
siswa agar berprestasi, maka setiap pengalaman belajar anak haruslah dirasakan
sebagai suatu pengalaman yang menyenangkan sekaligus menantang.
Keenam konsep pendidikan terpadu
tersebut patutlah peserta didik melakukannya agar menjadi peserta didik yang
berkualitas dan berkuantitas lebih baik dalam belajarnya.
3. Keterpaduan Antar Ilmu Agama Dan Umum
Keterpaduan antara berbagai disiplin ilmu umum dan agama perlu
dilakukan, tanpa mengorbankan spesialisasi yang menjadi ciri masarakat moderen.
Dalam hal ini Keterpaduan antara ilmu umum dengan ilmu agama ini juga membawa
timbulnya konsep Islamisasi Ilmu Pengetahuan yang pernah menjadi bahan diskusi
yang hingga saat ini belum tuntas. Islamisasi Ilmu Pengetahuan ini, menurut
Kuntowijoyo sangat signifikan dalam rangka menjawab persoalan yang selama ini
dirasakan didunia pendidikan yaitu dualisme antara ilmu-ilmu agama dan
ilmu-ilmu “sekular”. Dualisme ini sangat mencolok jika diamati adanya perbedaan
dan bahkan ditemui antara pendidikan agama dan pendidikan umum.Untuk mengatasi masalah
ini, Kuntowijoyo mencatat lima langkah yang di lakukan, yaitu:
1.
Dengan cara memasukkan matakuliah keislaman
sebagai bagian integral dari sistem kurikulum yang ada. Misalnya, dengan memasukkan
materi-materi studi Islam secara wajib mulai dari tingkat dasar sampai tingkat tertentu
sebagai bagian yang perlu dikembangkan integral kurikulum pendidikan keilmuan.
2.
Dengan cara menawarkan mata kuliah
pilihan dalam studi keislaman setelah menerima mata kuliah studi keislaman yang
diwajibkan pada tingkat tingkat permulaan, pada tingkat berikutnya mahasiswa
diharuskan memilih studi- studi Islam secara bebassecara tafsir,hadits,fiqih,sejarah
islam dsb.
3.
Dapat mengarahkan terjadinya
integrasi antara ilmu-ilmu agama dan ilmu-ilmu umum.
4.
Mengambil jalan lain, yaitu dengan
terlebih dahulu mengintregasikan semua disiplin ilmu didalam kerangka kurikulum
islam.
5.
Cara lain yang perludikembangkandalammengakuimasalahtersebutadalah
denganmengamankanpelajaranakhlakdenganseluruhbidangstudi yang diajarkan di
sekolah.[4]
4. Kelebihan dan
Kekurangan Pendidikan Terpadu
a. Kelebihan pendidikan terpadu
- Materi pelajaran menjadi dekat dengan kehidupan anak sehingga anak dengan mudah memahami sekaligus melakukannya.
- Siswa juga dengan mudah dapat mengaitkan hubungan materi pelajaran di mata pelajaran yang satu dengan mata pelajaran lainnya.
- Dengan bekerja dalam kelompok, siswa juga dapat mengembangkan kemampuan belajarnya dalam aspek afektif dan psikomotorik, selain aspek kognitif.
- Pembelajaran terpadu mengakomodir jenis kecerdasan siswa.
- Dengan pendekatan pembelajaran terpadu guru dapat dengan mudah menggunakan belajar siswa aktif sebagai metode pembelajaran.
b.Kekurangan dalam pendidikan terpadu
- Aspek Guru.
Guru harus
berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi, keterampilan metodologis
yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani mengemas dan
mengembangkan materi. Secara akademik, guru dituntut untuk terus menggali
informasi ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan
diajarkan dan banyak membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus
pada bidang kajian tertentu saja. Tanpa kondisi ini, maka pembelajaran terpadu
akan sulit terwujud.
- Aspek peserta didik
Pembelajaran terpadu menuntut kemampuan
belajar peserta didik yang relatif “baik”, baik dalam kemampuan akademik maupun
kreativitasnya. Hal ini terjadi karena model pembelajaran terpadu menekankan
pada kemampuan analitik (mengurai), kemampuan asosiatif (menghubung-hubungkan),
kemampuan eksploratif dan elaboratif (menemukan dan menggali). Bila kondisi ini
tidak dimiliki, maka penerapan model pembelajaran terpadu ini sangat sulit
dilaksanakan.
- Aspek sarana dan sumber pembelajaran
Pembelajaran terpadu memerlukan bahan bacaan
atau sumber informasi yang cukup banyak dan bervariasi, mungkin juga fasilitas
internet. Semua ini akan menunjang, memperkaya, dan mempermudah pengembangan
wawasan. Bila sarana ini tidak dipenuhi, maka penerapan pembelajaran terpadu
juga akan terhambat.
- Aspek kurikulum
Kurikulum harus luwes, berorientasi pada
pencapaian ketuntasan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target
penyampaian materi). Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi,
metode, penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
- Aspek penilaian
Pembelajaran terpadu membutuhkan cara
penilaian yang menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan keberhasilan belajar
peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang dipadukan. Dalam kaitan
ini, guru selain dituntut untuk menyediakan teknik dan prosedur pelaksanaan
penilaian dan pengukuran yang
[2]http://muhammadalisunan.blogspot.com/2012/06/paradigma-pendidikan.html di akses pada tanggal
02-05-2016.
[3]http://library.walisongo.ac.id/digilib/files/disk1/13/jtptiain-gdl-s1-2004-netifarida-637-BAB2_310-8.pdfdi aksespadatanggal 03-05-2016.
[4]NataAbuddin,
ParadigmaPendidikan Islam KapitaSelektaPendidikan Islam, (Jakarta : PT Grasindo, 2001), hal 91-94.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Pendidikan terpadu adalah
“keseluruhan mata pelajaran yang diharapkan dapat tumbuh secara simbiostik
saling mempengaruhi dan memperkaya. Dalam artian adanya keterkaitan satu sama
lain, sehingga masing-masing konsep selalu akan memberi kemudahan dan berakses
luas terhadap upaya memperkuat cara berpikir intelektual sejalan dengan proses
internalisasi nilai agama dan kebudayaan”.
Komponen-Komponen
Pendidikan Terpadu yaitu dasar-dasar Pendidikan Terpadu, Tujuan Pendidikan
Terpadu, Fungsi Pendidikan Terpadu, Fungsi Pendidikan Terpadu.
Konsep
pendidikan terpadu adalah rabbaniyah, integratif, stimulatif, fasilitatif,
inovatif dan motivatif. Keeenam konsep tersebut patutlah dilakukan oleh peserta
didik agar peserta didik menjadi pribadi yang berkualitas dan berkuantitas yang
baik
Tujuan umum pendidikan terpadu
adalah membina peserta didik untuk menjadi insan muttaqqin (manusia bertaqwa) yang cerdas, berakhlak mulia dan memiliki keterampilan
yang memberi manfaat dan maslahat bagi umat manusia,